lomba musik sape langkau etnika

Lomba Musik Sape Langkau Etnika

Lomba Musik Sape Langkau Etnika – Perayaan seni budaya kalbar yang diselenggarakan Langkau Culture and Art Festival ke 2 yang digelar 15 sampai 17 November di Langkau Etnika, Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya dimeriahkan lomba musik sape. Kegiatan ini di ikuti 17 peserta dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Berbagai genre musik dan teknik permainan membuat lomba musik sape di Langkau Etnika mempunyai daya tarik tersendiri untuk dikaji sebagai langkah perkembangan seni budaya di Kalimantan Barat.

lomba musik sape langkau etnika

Sebenarnya saya malas nulis, namun karena ada ganjalan dihati jika tidak disampaikan, takut bernanah dan mendistorsi perasaan. Saya malas nulis dalam gaya berita. Jadi saya menulis saja tentang bagaimana kita harus bercermin atau menelaah lebih dalam tentang pola pikir atau persepsi mengenai orang Dayak. Kalau ada yang mengatakan pikiran saya terlalu absurd, saya tidak menyanggah dan itu sudah sering saya dengar. Saya hanya mau membicarakan suatu hal lain dibalik persepsi tentang orang Dayak. Kebetulan saya berkecimpung pada dunia musik, makanya saya tarik logika berpikirnya ke arah sana. Ok om, tante, dan sobat sekalian, mari kita mulai. Siapkan kopi, rokok, mari pusing bersama.

Persepsi Miring Tentang Orang Dayak

Melihat perkembangan pada lomba musik sape di Langkau Etnika, serasa kita dibawa ke alam lain, yang masih asli dan hening dalam kedamaian. Lantunan musik yang dibawakan mengajak kita bertualang pada dunia tanpa hirarki dan opini liar pergaulan. Sebuah dunia yang mungkin kita lupakan, sebuah dunia yang bercerita tentang nilai luhur masyarakat Dayak dalam kebersamaan dan penghormatan. Dunia dimana tidak ada pembegal intelektual dan tidak perlu khawatir dengan berbagai kekonyolan tafsir terhadap nilai adat dan budaya itu sendiri.

Kita sebagai manusia dilahirkan tanpa cita-cita. Dulu kita tidak pernah merengek atau memusingkan segala masalah tentang dunia. Kita hanya disuruh belajar dan memahami arti menghargai dan menghormati. Kita hanya diceritakan tentang nenek moyang yang gagah perkasa. Sebuah figur panutan tanpa tanding, berbudi luhur dan mau berbagi. Namun ketika super hero tradisi itu tergantikan dengan tokoh marvel, kita akhirnya mulai mencari tempat lain untuk kita jelajahi. Sebuah tempat dihati manusia lugu, yang masih mengusung cerita nenek moyang di kampung-kampung terpencil, diujung Kalbar.

lomba musik sape langkau etnika

Saya banyak mendengar anggapan kehidupan masyarakat Dayak itu terbelakang, dan cenderung tidak mau berkembang. Disamping itu kehidupan mereka masih terbilang primitif, karena masih memanfaatkan teknologi lama dan hanya berkutat dengan pola kehidupan terbelakang. Berbagai persepsi konyol harus saya dengar, bahkan keluar dari pemikiran orang terpelajar. Namun, persepsi itu dapat saya tepis dengan pemikiran sederhana, melalui lomba musik sape di langkau etnika.

Menepis Anggap Orang Dayak Terbelakang

Lomba musik sape bukan hanya sekedar peragaan keahlian dan persaingan siapa mengalahkan siapa, namun lebih kepada mengkaji ulang ranah musikalitas manusia dan struktur musik itu sendiri. Musik sape bukan hanya berbicara tentang simbol kebanggaan dan identitas suku Dayak. Melalui musik ini, masyarakat Dayak dapat menunjukkan warisan budaya mereka yang unik kepada dunia. Pewarisan itu bukan saja bentuk alat musik, namun struktur musik dan teknik permainan yang sudah ada sejak zaman dulu, menandakan bahwa masyarakat Dayak itu sudah modern.

Mengapa nenek moyang suku Dayak itu sudah modern sejak dulu? karena mereka berhasil mencipkan sape beserta musik dan teknik permainannya. Bukan hanya itu saja, mereka juga melahirkan teknik permainan yang menjadi ciri khas tersendiri dan tidak didapati pada teknik permainan lainnya. Artinya musik sape itu merupakan sebuah budaya yang lahir dari kreatifitas dan intelektualitas yang melampaui batas pada zamannya. Kita sekarang hanya meng-copy paste, bermain menggunakan alat pengeras suara yang lebih modern, dan menyangka teknik yang kita mainkan adalah penemuan baru. Padahal semua teknik dan gaya permainan itu dari dulu sudah ada. Itulah yang melekat dalam musik sape sebenarnya.

lomba musik sape langkau etnika

Coba kita telaah lagi lebih dalam, bukankah nenek moyang suku Dayak itu sudah maju sejak jaman dulu. Karena tingkat kerumitan musik dan strukturisasi yang terbangun cukup kompleks. Bukti lainnya, sampai sekarang semua teknik itu masih sama ketika dimainkan oleh siapa saja. Itulah bukti, nenek moyang zaman dulu sudah cerdas, dibuktikan dengan melalui sape yang mereka wariskan.

Pendapat Kritikus Seni Tentang Musik

Pandangan logika terhadap modernitas dalam perkembangan musik sape adalah relatif keniscayaan. Diantara (mungkin) 100 orang yang pernah saya tanyakan pendapatnya tentang musik sape, sebagian besar mengatakan musiknya indah dan menenangkan hati. Artinya berbicara pengaruh pada emosional manusia. Logika dasar atau nalar spontan mengatakan itu indah. Saya teringat pendapat Lawrence S. Kaplan, seorang filsuf dan kritikus seni. Dia menilai musik melalui pendekatan estetika dan dialektika emosional.

Kaplan melihat musik lebih dari sekadar hiburan. Ia mengatakan bahwa musik merupakan ekspresi seni yang memuat makna mendalam dan berfungsi untuk memperkaya pengalaman manusia. Artinya yang diperkaya adalah pengalaman. Begitu juga ketika orang mendengarkan musik sape, maka kebanyakan akan sepakat mengatakan musiknya indah dan memberi berbagai petualangan imajinatif. Dari pandangan ini dapat dikatakan bahwa leluhur masyarakat Dayak pemikirannya sudah jauh melampaui zamannya. Logika inilah yang mengantarkan kita untuk bersepakat, bahwa orang Dayak zaman dulu sudah lebih modern, hanya saja mereka modern dalam teknologi sederhana, bukan sekomplek seperti sekarang ini.

Ok sekarang kita kembali lagi pada pendapat si Kaplan. Dia percaya bahwa musik memiliki kemampuan unik untuk menyampaikan emosi dan pengalaman manusia yang tidak dapat diungkapkan melalui bahasa verbal. Musik dapat menjadi medium untuk menyentuh kedalaman perasaan manusia. Sampai sini sudah faham? Artinya, termasuk musik sape yang begitu kental dengan alunan sendu, indah, dan kekhasan iramanya adalah kesatuan raga maknawi yang dapat menghipnotis manusia. Menghipnotis dalam ketenangan tanpa ujung, membawa pada alam damai tak tersentuh oleh kerumitan, dan membaca perjalanan sejarah dengan syahdu alunan suaranya.

lomba musik sape langkau etnika

Maaf mungkin saya terlalu melankolia. Tapi itu fakta kan? Seperti apa yang kamu rasakan. Ok lanjut, ini bagian yang saya suka. Otaknya Kaplan kayaknya matching sama pemikiran saya. Baginya, harmoni, melodi, dan ritme adalah bahasa universal yang melampaui batas budaya dan latar belakang individu. Ini kali ya bahasa kreatifitas menembus batas? Kalau iya, berarti kreatifitas nenek moyang orang Dayak itu sudah lebih cerdas dari yang kita pikirkan. Mereka sudah sanggup membuat alat musik dan melahirkan musik yang indah. Bayangkan betapa rumitnya untuk menemukan alat musik sekaligus musiknya. Apalagi musik itu sekarang diakui sebagai warisan budaya tak benda dan sape dinyatakan sebagai world musik instrumen yang berasal dari Kalimantan. Tentunya itu suatu pencapaian yang membanggakan oleh nenek moyang orang Dayak sejak dulu kala.

Alat Musik Sape Sebagai Warisan Budaya

Melihat alat musik sape sebagai warisan budaya, sebenarnya kita sudah harus memahami bahwa alat musik itu bukan hanya sekedar bahan untuk memainkan lagu, namun termasuk simbol kehidupan masyarakat pemiliknya. Sape memiliki peran sentral dalam memperkaya logika dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun sosial, oleh karena itu musik adalah suatu monumen refleksi identitas kesukuan, budaya, dan spiritual. Meskipun interpretasi musik dapat berbeda di setiap individu, pengalaman musik tetap bersifat universal. Hal ini berarti musik dapat menyatukan manusia dengan cara yang unik, melampaui batasan geografis, bahasa, atau ideologi. Termasuk bisa menembus batas logika zaman dan menyingkirkan segala tafsir miring tentang suatu budaya dan kehidupan masyarakatnya.

Pada dasarnya semua musik, termasuk musik sape, sebenarnya mengajak kita untuk memahami hidup dan budaya lebih dalam. Sape adalah sarana untuk mengeksplorasi dan memahami dimensi manusiawi yang kompleks. Sape sudah selayaknya ditempatkan dan dihargai sebagai karya seni kaya makna, bukan sekadar produk konsumsi atau alat rekreasi. Dia menempati posisi yang agung dalam hierarki seni, memandangnya sebagai sarana penting untuk memahami diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita.

lomba musik sape langkau etnika

Musik sape kini semakin sering dipertunjukkan dalam festival budaya, baik lokal maupun internasional, sebagai sarana memperkenalkan budaya Dayak kepada dunia. Kolaborasi musik sape dengan genre modern, seperti jazz atau pop, telah membawa budaya Dayak ke kancah global tanpa kehilangan esensi tradisionalnya. Musik sape bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana untuk memahami, menghargai, dan melestarikan nilai-nilai luhur dari budaya Dayak. Dukungan untuk pembelajaran dan pelestarian musik ini sangat penting agar generasi mendatang tetap bisa menikmati kekayaan budaya ini.

Terbukti Dayak Itu Sudah Modern

Saya rasa cukup sudah beberapa logika saya sampaikan dan ini sanggup menepis opini kalau Dayak itu terbelakang. Mereka sudah cerdas dari dulunya, hanya saja mereka cerdas terhadap alam yang banyak memberi mereka kehidupan. Oleh karena itu mereka menghormati kehidupan dan alamnya sebagai menisfestasi kehidupan leluhur mereka. Mereka sudah bijak untuk bercengkrama dengan alam dan budayanya. Namun mereka tidak pernah membicarakan hal ini, sampai majunya pemikiran mereka ditenggelamkan berbagai persepsi angkuh manusia (yang menyangka) hidup modern.

Sekarang fakta apa yang ingin anda sampaikan sebagai penyanggah logika saya? Jika anda mengatakan masyarakat Dayak itu terbelakang, itu karena anda melihat dan mempersepsi peradaban modern dan menempatkan dalam ranah masyarakat tradisional (saya anggap sudah modern dari dulunya) melalui alat musik sape yang diwariskan. Saya itu tidak tepat, karena membandingkan sesuatu harus setara dengan sesuatu lainnya. Itu baru perbandingan yang sejajar atau sederajat. Logikanya kamu tidak bisa membandingkan musik sape dengan musik rock, karena beda genre dan beda struktur musik serta permainannya. Sama halnya kalau kamu membandingkan modernitas masyarakat eropa atau amerika dengan masyarakat Dayak.

Satu hal yang perlu kamu sadari bahwa, masyarakat Dayak itu sudah modern jika dibandingkan dengan masyarakat tradisional yang ada dibelahan dunia lainnya. Itu kalau anda menempatkan dalam ranah sesama masyarakat tradisional, bukan dibandingkan dengan masyarakat modern yang ditandai dengan banyaknya pengguna teknologi. Selain itu perbandingan itu juga menyesatkan, karena suatu budaya tidak bisa dibandingkan dengan budaya lain. Masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri. Masing-masing mempunyai nilai luhur sendiri.

lomba musik sape langkau etnika

Terlalu banyak mempersepsi juga akhirnya akan membelokkan pandangan kamu pada pranata nilai budaya. Bisa saja pemikiran liar itu melahirkan radikalisasi pemikiran dan kehidupan masyarakat tradisional. Orang Dayak punya pemikiran dan jalan hidupnya sendiri. Jika kamu dapati pemikiran dan jalan hidup itu tidak sesuai dengan pranata hidup modern, jangan pernah dianggap tertinggal. Mereka hanya menyelaraskan hidup dan berterima kasih kepada alam yang sudah memberi mereka penghidupan. Artinya mereka lebih bijak untuk memikirkan alam untuk menopang kelangsungan hidup mereka, bukan berkutat pada hasrat dan keangkuhan yang mementingkan diri sendiri.

Ingat kehidupan modern itu tidak semua modern. Kadang kita yang menyangka modern. Padahal banyak orang yang ditipu oleh perkembangan dan merasa pintar dibalik ketidak mengertiannya. Saya hanya merasa kasihan ketika ada orang ditipu modernitas namun tidak menyadarinya. Sampai disini saya rasa kita dapat belajar ketika melihat lomba musik sape, atau siapa saja bisa menelaah lebih dalam tentang latar belakang sape. Melihat kembali pada budayanya akan mengajarkan kita banyak hal, termasuk menghargai, menghormati, dan menempatkan musik itu tidak hanya sekedar hiburan. Namun suatu raga hidup dalam kegaiban alam pikiran, walau terkadang absurd untuk difahami.

Jadi, mulai sekarang jangan lagi anggap orang Dayak itu terbelakang. Sampai sini faham kan ente? Jika pemikiran saya untuk membuktikan majunya pemikiran leluhur Dayak agak absurd, sebaiknya biarkan saja. Karena absurditas sebenarnya hanya pemikiran dari dunia lain yang belum menyentuh nalar kamu. Jika nanti, suatu saat, kamu memahami, saya yakin pemikiran kamu lebih absurd dari apa yang saya tulis ini.

Demikian tulisan lomba musik sape di langkau etnika ini saya tulis untuk menyanggah persepsi umum kalau masyarakat Dayak itu terbelakang. Mereka lebih modern dari yang kamu pikirkan dengan kekayaan warisan budaya alat musik sape dan teknik permainannya. Semoga bisa difahami dan dimaklumi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top